Kelangkaan masker begitu terasa di Kota Taman. Meski berhasil didapat, harganya pun melambung bak langit dan bumi. Hal itu memicu Ahmad Badrus menjahit alat pelindung diri (APD) itu secara mandiri. PUTARAN mesin jahitnya seperti tak berhenti di rumah. Memanfaatkan kain yang belum sempat dijahit menjadi baju, Badrus mulai mengukur dan menjahitnya dengan teliti. Dengan perlahan tapi pasti, ia akhirnya menyelesaikan masker buatannya sendiri itu. “Sudah sekitar tiga hari yang lalu mulai buatnya,” terangnya. Sehari, sekira lima lusin masker bisa ia selesaikan. Jika Badrus sudah memulai sekira tiga hari lalu, sekira 15 lusin masker telah ia produksi secara mandiri.
Badrus menunjukkan masker kain buatannya sendiri. (Dok/Pribadi) Selengkapnya baca di https://bontangpost.id/73902-jahit-masker-sendiri-beri-ke-driver-ojol-dan-warga-yang-membutuhkan/ | BontangPost.ID |
Total hampir 180 masker tercipta dari tangan kepala SMKN 3 Bontang ini. Menurut Badrus, masker-masker itu dibuat tak hanya untuk pemakaian pribadi. Namun dibagikan secara gratis ke masyarakat yang membutuhkan. Sebab, kosongnya persediaan masker di apotek membuat masih banyak warga belum memiliki APD tersebut. “Sementara dibagikan ke pengunjung konter yang tidak pakai masker, teman-teman driver ojek online (ojol), masyarakat sekitar kampung, juga teman-teman guru,” kata Badrus yang juga pemilik konter Pascal Cell di Jalan Letjen R Suprapto Nomor 10, Kelurahan Api-Api. Baca Juga: Hari Ibu Dimata Mereka, Tak Anggap Hari Istimewa, Terharu Saat Dicium Anak Karena menggunakan bahan yang sudah tersedia di rumah, Badrus tidak mengeluarkan modal yang besar. Hanya membeli tali dari karet untuk penyangga di telinga. Selain karena terbatasnya stok masker di apotek, alasan lainnya karena ia ingin mengurangi masyarakat membeli masker medis. “Karena masker medis ini sedang dibutuhkan oleh tenaga medis, para pejuang kesehatan yang bekerja menangani virus korona,” ujarnya. Sebagai warga Bontang, ia coba mengusulkan kepada pemerintah, terutama Wali Kota Bontang untuk membuat edaran tentang aparatur sipil negara (ASN) yang bekerja di rumah, agar membantu membuat APD. Sedangkan bahan disiapkan oleh pemerintah. “Di sekretariat Dharma Wanita ada 6 buah mesin jahit, dan akhir Desember kemarin diadakan kursus menjahit. Kenapa itu tak dimanfaatkan untuk buat APD?” tanyanya. Tak hanya masker. Baju APD serta helm pelindung muka juga dapat dibuat oleh masyarakat atau relawan. Dengan arahan dari Dinas Kesehatan. “Pemerintah menyiapkan bahan baku, relawan sebagai tenaga pembuatnya,” tambahnya. Badrus berharap, semakin banyak warga Bontang yang peduli, penanganan covid-19 di Kota Taman bisa cepat dan tuntas.
“Kan kita bisa membantu paramedis, dan enggak menganggu persediaan masker medis,” pungkasnya. (Zulfikar)
EmoticonEmoticon